Jumat, 15 September 2017

Upacara Pawiwahan (Pernikahan) di Bali

Pernikahan yang dalam agama Hindu di Bali disebut dengan Pawiwahan. Pernikahan atau wiwaha dalam Agama Hindu adalah yadnya dan perbuatan dharma. Wiwaha (pernikahan) merupakan momentum awal dari Grahasta Ashram yaitu tahapan kehidupan berumah tangga.Tahapan Upacara Pernikahan Adat Bali.


Adapun tahapan dalam upacara Pawiwahan ini dimulai dengan Ngidih dan Menentukan Hari Baik. Setelah sebelumnya keluarga calon mempelai pria datang untuk meminang atau dalam bahasa Bali disebut ngindih, kedua belah pihak keluarga beranjak untuk memilih waktu yang tepat untuk menikahkan kedua putra putri mereka. Warga Bali yang sangat religius, mempercayai hari baik untuk melaksanakan pernikahan. Dimana hari baik yang telah disepakati tersebut, menjadi hari bagi calon mempelai wanita untuk dijemput dan dibawa ke rumah calon mempelai pria.


Tahapan selanjutnya disebut dengan Upakara Mungkah Lawang (Buka Pintu) yang edikit mirip dengan upacara buka pintu dalam adat Sunda, perbedaannya terletak pada orang yang mengetuk pintu. Jika dalam tradisi Sunda orang yang mengetuk pintu calon mempelai prianya, tetapi dalam adat Bali ada seorang utusan yang disebut mungkah lawang yang bertugas mengetuk pintu kamar calon mempelai wanita sebanyak tiga kali. Kedatangan mempelai pria juga dipertegas dengan tembang yang dinyanyikan utusan mempelai pria (malat). Mendapat lampu hijau, calon mempelai pria pun membuka pintu setelah diizinkan dan dipersilakan oleh keluarga pihak wanita. Calon mempelai wanita digendong menuju tandu untuk segera dibawa ke kediaman keluarga pria tanpa didampingi kedua orang tua mempelai wanita, tetapi seorang utusan ditunjuk untuk menyaksikan upacara pernikahan.


Setelah itu masuk ke tahap Mekala-Kalaan (Madengen-Dengen), dengan dipandu oleh pendeta Hindu, prosesi mekala-kala dimulai tepat saat bunyi genta bergema. Pelaksanaan mekala-kala harus sesuai dengan tahapan-tahapan seperti: Menyentuhkan Kaki pada Kala Sepetan, Jual Beli, Menusuk Tikeh Dadakan dan Memutuskan Benang

Selanjutnya upacara Mewidhi Widana (Natab Banten Beduur). Pelaksanaan prosesi ini berlangsung di dalam pura keluarga pihak pria yang dipimpin langsung oleh pemangku sanggah serta diantar pinisepuh. Diselimuti suasana syahdu, kedua mempelai berdoa menyampaikan kehadiran keluarga baru kepada leluhur untuk melanjutkan keturunannya.


Upacara Mejauman (Ma Pejati). Dalam aturan adat Bali, wanita yang sudah menikah akan mengikuti suaminya. Maka, untuk menghormati leluhur keluarga, diadakan upacara untuk memohon pamit kepada leluhur mempelai wanita yang disebut upacara mejauman. Kedatangan mempelai wanita untuk menjalani upacara tersebut didampingi keluarga mempelai pria yang membawa serta berbagai penganan tradisional berwarna putih dan merah, kue bantal, apam, sumping, kuskus, wajik, gula, kopi, buah-buahan, lauk-pauk dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar